Joko hari ini dimarahi
gurunya. Alasannya bahwa Joko ikut ikutan mengganggu Maya dengan menyembunyikan
tasnya. Padahal itu ulah iseng Lodi. Memang dia anak yang sering menganggu
teman temannya di sekolah . Macam macam saja isengnya, menyembunyikan tas dan
alat tulis, mengikat tali sepatu dari belakang, mengagetkan murid yang akan
masuk kelas, sampai melempar lempar kapur ke siapa saja. Nakal sih boleh tapi
sedikit saja..jangan keterusan, nanti jadi kebiasaan. Joko memang cukup dekat
dengan Lodi. Dia dan Lodi sama sama cepat larinya. Jadi mereka sering bermain kejar
kejaran di halaman sekolah. Nah, hari itu Joko lagi sial. Lodi menyembunyikan
tas Maya di laci mejanya Joko. Maya menangis dan mengadu ke bu guru. Ketika bu
guru bertanya tidak ada murid yang mengaku. Akhirnya satu persatu murid
diperiksa dari bangku ke bangku oleh bu guru dan ditemukanlah tas Maya di meja
Joko. Wah, Joko mana tahu ? khan bukan dia yang sembunyikan tas itu disana.
Lagipula Joko hari itu tidak memasukan barang apa apa di lacinya, jadi tidak
sadar kalau di dalamnya ada tas Maya. Bu Guru marah ke Joko dan nanti siang
pulang sekolah diminta menghadap ke kantor guru.
Joko dipanggil Wali Kelas
di kantor guru. “Pak, saya betul betul tidak tahu kenapa tas Maya bisa ada di
meja saya, sungguh pak”, jelas Joko bersungguh sungguh. Roman muka yang serius
dari Joko membuat Pak Guru jadi tidak yakin bahwa Joko yang menyembunyikan tas
itu. “ Coba kamu kasih tahu bapak, siapa murid yang paling nakal di kelas”,
tanya Pak Guru. Tanpa pikir panjang Joko langsung ingat Lodi. Ya..semua murid
juga tahu kalau Lodi yang paling suka iseng di kelas. “Lodi pak, tapi apa betul
dia yang sembunyikan tas Maya di laci saya?”, kata Joko tidak yakin. “Kalau mau
jelas kita bisa panggil Lodi untuk ditanya langsung”, kata Pak Guru. “ Wah,
sudahlah pak..saya pikir masalah ini sudah selesai. Dia memang begitu pak
orangnya. Baik sih tapi isengnya keterlaluan “, pinta Joko karena memikirkan
bagaimanapun Lodi adalah sahabatnya.
Tok..tok..” Siang pak,
Boleh saya masuk ?”, dari luar Maya minta izin. “ooh, Maya , silakan masuk. Ada
apa?”, sambut Pak Guru. Maya bercerita kalau sebetulnya dia juga tidak yakin
kalau Joko yang sembunyikan tasnya. Menurut Maya selama ini Joko anak yang baik,
bahkan suka menolong teman temannya. “ Jadi saya rasa tidak mungkin Joko yang
nakal pak, jadi tolong Joko jangan dihukum. Mungkin Lodi pak, khan dia yang
paling nakal di kelas “, pinta Maya bersungguh sungguh. Pak guru mengangguk
angguk. Dia senang dengan semangat kesetiakawanan anak anak didiknya. “Bagus,
kalian semua anak anak yang baik. Joko tidak akan bapak hukum karena sepertinya
dia tidak bersalah. Tapi tadi juga Joko tidak mau Lodi dihukum karena memang
sudah sifatnya suka iseng “, kata Pak Guru. “Begini saja, sekarang kalian
bapak nasihatkan supaya pilih pilih dalam berteman. Jangan berteman dengan anak
yang nakal ”,kata Pak Guru. Pak Guru menjelaskan dulu waktu kecil beliau juga
nakal, tapi lama lama tidak punya teman karena tidak ada yang mau berteman
dengan anak nakal. Akhirnya Pak Guru kesepian sendiri dan lama lama sifat
nakalnya berkurang dan lama lama malah jadi suka menolong dan melindungi teman
temannya. Akhirnya Pak Guru waktu masih sekolah dulu jadi punya banyak
teman lagi karena nakalnya sudah berubah menjadi baik hati dan penolong. “ Jadi
sementara kalian jauhi dulu saja Lodi itu, biar dia tahu kalau tidak punya
teman itu tidak menyenangkan, lama lama dia pasti bisa berubah jadi anak baik
seperti kalian. Tolong bapak ya”, kata Pak Guru kepada Joko dan Maya. Mereka
sama sama tersenyum. Pak Guru memang guru yang bijaksana, pikir Joko dan Maya
bangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar