Minggu, 12 Desember 2010

KENAPA MAMAH MARAH?

Dea sudah kelas 3 sekarang. Sudah besar tapi masih saja sifat manjanya keluar, terutama sama mamanya. Padahal dia sudah punya adik umur 3 tahun yang juga lagi butuh perhatian mamanya. Hari itu Dea merengut lagi wajahnya. Dia mengunci diri di kamar tidak mau diganggu siapapun. Baru saja mama marah lagi karena Dea pulang sekolah tidak langsung ganti baju tapi terus bermain sampai sore. Dea jadi lupa makan siang, tidak tidur siang, lupa mandi sore.  “Pokoknya saya mau demo hari ini, gak mau makan, gak mau bicara, biar mama tahu kalau Dea gak suka dimarahin”, dalam hati Dea bertekad demo seperti orang orang yang sering dilihat di berita TV.  
Sudah 2 jam Dea di kamar. Di luar Dea mendengar suara tawa adiknya sedang bercanda dengan mamanya. “Uh, nyebelin..Kalo sama adek sayangnya bukan maen, tapi kalo sama Dea dimarahin terus”, gerutu Dea. Lama lama Dea tertidur karena lelah dengan perasaannya sendiri.  Beberapa saat…begitu terbangun, lho kok di luar sepi ya. Kemana nih orang rumah ?  Dibukanya kunci pintu dan perlahan dibukanya pintu kamar sambil dilongokkan kepala keluar mengamati sekeliling. Yang paling pertama dilihat di samping pintu kamar ada meja kecil yang diatasnya dihidangkan sepiring nasi goreng lengkap dengan lauk pauknya dan segelas susu. Di dekatnya ada tulisan mama , “Mba Dea, dimakan ya supaya tidak sakit “. Wah, Dea senang sekali rasanya. Ternyata mama gak marah sama saya ya. Tapi sejenak kemudian perhatiannya segera beralih ke rasa ingin tahunya, kenapa tidak ada orang di rumah? Dea lalu menuju kamar Mbaknya dan bertanya. Oh, kata si Mbak tadi papa menjemput mama dan adek pergi ke dokter. Katanya adek badannya panas 

Lewat 2 jam kemudian papa, mama dan adek pulang dari dokter. Papa dan mama kelihatannya lelah, tapi tetap tersenyum pada Dea. Adek digendong Papa ke kamar, rupanya adek sudah tertidur pulas. “Gimana, sudah selesai ngambeknya ?”, goda mama. Uuh, mama ini masih aja godain Dea. “Kenapa adek ma? “ tanya Dea. Mama cerita, katanya adek ada gejala typus, kebanyakan main, kurang istirahat dan kurang teratur makannya. Mungkin juga masuk kuman lewat tangan yang kotor. “ Jadi kalo mama suka cerewet sama Mba Dea cuci tangan dan ganti baju dulu sepulang sekolah itu supaya Mba Dea gak kena sakit seperti adek. Karena baju dan tangan kita pulang sekolah pasti kotor, jangan langsung makan atau main main. Makan juga harus teratur pada waktunya. Jangan ditunggu lapar dulu. Kalau sudah sakit khan rugi sendiri, tidak bisa sekolah dan ketemu teman teman. “ Papa juga gak pernah gak sayang sama Mba Dea, justru kalau Papa dan Mama diam saja, berarti justru Papa sama Mama gak sayang sama Mba Dea karena kalau begitu berarti gak ada perhatian sama Mba Dea khan? Mba Dea sama adek dua duanya anak Papa paling disayang “, tambah Papa lagi sambil mencubit pipi Dea. Rupanya tadi Mama cerita sama Papa kalau Dea lagi ngambek.  Ya, sekarang Dea sadar bahwa Papa dan Mamanya selalu sayang dan perhatian sama Dea dan adek, gak ada bedanya. Dalam hati Dea janji gak akan nakal lagi. “ Mama, tadi nasi gorengnya enak lho, bikinin lagi ya ma..”, Dea merajuk lagi. Mama dan Papa sama sama tertawa mendengarnya

Minggu, 07 November 2010

MAKANAN DIBUANG SAYANG

Bagas , Mama dan si Mbak sedang jalan jalan di taman kota. Tamannya bagus dan rindang karena banyak pepohonan. Ada danau, jalur berlari, lapangan olah raga, rumput hijau dan banyak lagi. Banyak keluarga yang berkumpul di situ, semuanya senang.
Bagas berlari lari terus dikejar kejar sama Mbaknya yang ikut berlari sambil memegang sendok dan sepiring nasi. Sambil berlari tangannya terus menutup rapat mulutnya seolah olah tidak boleh ada makanan yang masuk ke dalamnya.  Si Mbak sampai cape sudah 15 menit terus menerus membujuk Bagas agar mau makan tapi hanya masuk 1 sendok saja. Padahal lauknya enak sekali, ada ayam semur dan sop segar yang sehat dan bergizi. Hmm, jadi si Mbak yang lapar karena kecapean kejar kejar Bagas. Mama cuma menggeleng geleng kepala melihatnya.
Rupanya dari tadi perhatian Bagas sedang tertuju pada pemulung yang sedang membuka buka tutup tempat sampah di taman kota itu. Satu persatu tempat sampah diperiksa dan diambil yang dia perlu bisa diambil dimasukan ke dalam karung yang digendongnya. . Bahkan jika ada makanan sisa dikumpulkannya di satu kantung plastik yang juga dia bawa . Kebetulan banyak keluarga membawa bekal untuk piknik di taman. Nah, sekarang dia sedang menuju ke tempat sampah yang dekat dengan Bagas dan Mama duduk duduk. Seperti yang sudah sudah, dibukanya tutup tempat sampah lalu dicarinya barang yang dibutuhkan untuk dimasukan ke dalam karung. Tampaknya dia dapat dus makanan yang masih ada isinya, lalu dituangkan isinya ke dalam kantung plastik.. Ih..apa tidak jorok menumpulkan makanan bekas orang lain seperti itu? pikir Bagas.
“De, coba sini sebentar,” panggil mama. Bagas terkejut karena dia tidak menyangka mamanya akan memanggil pemulung itu. Pemulung itu datang menghampiri, “Ya bu, ada apa bu”, tanyanya sopan. Walaupun tampak lelah, wajahnya tetap ceria. Tidak tampak seperti orang kesal telah bejalan kaki panas panas seharian. “ Kamu punya adik di rumah?” Tanya mama. “ Ada bu, adik saya dua orang masih kecil, dijaga ibu di rumah”, kata dia ramah. “ Ini buat adik adik kamu, salam ke ibu ya”, kata mama sambil menyelipkan sejumlah uang ke tangan kanan anak pemulung itu. Tidak lupa diberikan juga sebungkus dus kue kue yang masih baru. “ Wah, ibu..terimakasih banyak. Adik dan ibu saya pasti senang sekali. Terimakasih bu..”, ujarnya terbata bata sambil berkali kali menunduk hormat, setelah itu bergegas dia berlari meninggalkan taman. Bagas masih terbengong bengong melihat kejadian tadi.

Rupanya mama melihat Bagas sedang berpikir. Beliau tersenyum ,” Bagas, kamu lihat senang sekali ya kakak itu dikasih makanan sama mama “. Bagas berkata ,” Iya ma, kenapa ya, padahal kue kue itu khan biasa saja ya ma”. Kemudian mama menjelaskan dengan sabar dan penuh kasih sayang bahwa ternyata tidak semua anak beruntung bisa makan tiap hari tiga kali seperti Bagas dan teman teman.  Sering kali untuk bisa makan sekali sehari pun anak kecil harus bekerja keras dulu mencari makanan sisa di tempat sampah. Semua itu terpaksa karena tidak punya uang untuk membeli makanan. “ Jadi Bagas harus bersyukur pada Tuhan karena masih diberi rejeki bisa makan apa saja yang Bagas mau. Tidak usah kerja cari makan sendiri seperti kakak yang tadi. Makanan tidak boleh dibuang buang, daripada dibuang lebih baik dikasih ke orang yang membutuhkannya ya”. Hup, Bagas segera melompat berlari menghampiri si Mbak. “Bik..bibik…mana makanan Bagas? Lapar nih..! “ Bagas berseru. Mama tersenyum melihat kelakuan Bagas.

Minggu, 10 Oktober 2010

PILIH TEMAN YANG BAIK

Joko hari ini dimarahi gurunya. Alasannya bahwa Joko ikut ikutan mengganggu Maya dengan menyembunyikan tasnya. Padahal itu ulah iseng Lodi. Memang dia anak yang sering menganggu teman temannya di sekolah . Macam macam saja isengnya, menyembunyikan tas dan alat tulis, mengikat tali sepatu dari belakang, mengagetkan murid yang akan masuk kelas, sampai melempar lempar kapur ke siapa saja. Nakal sih boleh tapi sedikit saja..jangan keterusan, nanti jadi kebiasaan. Joko memang cukup dekat dengan Lodi. Dia dan Lodi sama sama cepat larinya. Jadi mereka sering bermain kejar kejaran di halaman sekolah. Nah, hari itu Joko lagi sial. Lodi menyembunyikan tas Maya di laci mejanya Joko. Maya menangis dan mengadu ke bu guru. Ketika bu guru bertanya tidak ada murid yang mengaku. Akhirnya satu persatu murid diperiksa dari bangku ke bangku oleh bu guru dan ditemukanlah tas Maya di meja Joko. Wah, Joko mana tahu ? khan bukan dia yang sembunyikan tas itu disana. Lagipula Joko hari itu tidak memasukan barang apa apa di lacinya, jadi tidak sadar kalau di dalamnya ada tas Maya. Bu Guru marah ke Joko dan nanti siang pulang sekolah diminta menghadap ke kantor guru.
Joko dipanggil Wali Kelas di kantor guru. “Pak, saya betul betul tidak tahu kenapa tas Maya bisa ada di meja saya, sungguh pak”, jelas Joko bersungguh sungguh. Roman muka yang serius dari Joko membuat Pak Guru jadi tidak yakin bahwa Joko yang menyembunyikan tas itu. “ Coba kamu kasih tahu bapak, siapa murid yang paling nakal di kelas”, tanya Pak Guru. Tanpa pikir panjang Joko langsung ingat Lodi. Ya..semua murid juga tahu kalau Lodi yang paling suka iseng di kelas. “Lodi pak, tapi apa betul dia yang sembunyikan tas Maya di laci saya?”, kata Joko tidak yakin. “Kalau mau jelas kita bisa panggil Lodi untuk ditanya langsung”, kata Pak Guru. “ Wah, sudahlah pak..saya pikir masalah ini sudah selesai. Dia memang begitu pak orangnya. Baik sih tapi isengnya keterlaluan “, pinta Joko karena memikirkan bagaimanapun Lodi adalah sahabatnya.
Tok..tok..” Siang pak, Boleh saya masuk ?”, dari luar Maya minta izin. “ooh, Maya , silakan masuk. Ada apa?”, sambut Pak Guru. Maya bercerita kalau sebetulnya dia juga tidak yakin kalau Joko yang sembunyikan tasnya. Menurut Maya selama ini Joko anak yang baik, bahkan suka menolong teman temannya. “ Jadi saya rasa tidak mungkin Joko yang nakal pak, jadi tolong Joko jangan dihukum. Mungkin Lodi pak, khan dia yang paling nakal di kelas “, pinta Maya bersungguh sungguh. Pak guru mengangguk angguk. Dia senang dengan semangat kesetiakawanan anak anak didiknya. “Bagus, kalian semua anak anak yang baik. Joko tidak akan bapak hukum karena sepertinya dia tidak bersalah. Tapi tadi juga Joko tidak mau Lodi dihukum karena memang sudah sifatnya suka iseng “, kata Pak Guru.  “Begini saja, sekarang kalian bapak nasihatkan supaya pilih pilih dalam berteman. Jangan berteman dengan anak yang nakal ”,kata Pak Guru. Pak Guru menjelaskan dulu waktu kecil beliau juga nakal, tapi lama lama tidak punya teman karena tidak ada yang mau berteman dengan anak nakal. Akhirnya Pak Guru kesepian sendiri dan lama lama sifat nakalnya berkurang dan lama lama malah jadi suka menolong dan melindungi teman temannya.  Akhirnya Pak Guru waktu masih sekolah dulu jadi punya banyak teman lagi karena nakalnya sudah berubah menjadi baik hati dan penolong. “ Jadi sementara kalian jauhi dulu saja Lodi itu, biar dia tahu kalau tidak punya teman itu tidak menyenangkan, lama lama dia pasti bisa berubah jadi anak baik seperti kalian. Tolong bapak ya”, kata Pak Guru kepada Joko dan Maya. Mereka sama sama tersenyum. Pak Guru memang guru yang bijaksana, pikir Joko dan Maya bangga.