Bagas , Mama dan si Mbak
sedang jalan jalan di taman kota. Tamannya bagus dan rindang karena banyak
pepohonan. Ada danau, jalur berlari, lapangan olah raga, rumput hijau dan
banyak lagi. Banyak keluarga yang berkumpul di situ, semuanya senang.
Bagas berlari lari terus
dikejar kejar sama Mbaknya yang ikut berlari sambil memegang sendok dan
sepiring nasi. Sambil berlari tangannya terus menutup rapat mulutnya seolah
olah tidak boleh ada makanan yang masuk ke dalamnya. Si Mbak sampai cape
sudah 15 menit terus menerus membujuk Bagas agar mau makan tapi hanya masuk 1
sendok saja. Padahal lauknya enak sekali, ada ayam semur dan sop segar yang
sehat dan bergizi. Hmm, jadi si Mbak yang lapar karena kecapean kejar kejar
Bagas. Mama cuma menggeleng geleng kepala melihatnya.
Rupanya dari tadi
perhatian Bagas sedang tertuju pada pemulung yang sedang membuka buka tutup
tempat sampah di taman kota itu. Satu persatu tempat sampah diperiksa dan
diambil yang dia perlu bisa diambil dimasukan ke dalam karung yang
digendongnya. . Bahkan jika ada makanan sisa dikumpulkannya di satu kantung
plastik yang juga dia bawa . Kebetulan banyak keluarga membawa bekal untuk
piknik di taman. Nah, sekarang dia sedang menuju ke tempat sampah yang dekat
dengan Bagas dan Mama duduk duduk. Seperti yang sudah sudah, dibukanya tutup
tempat sampah lalu dicarinya barang yang dibutuhkan untuk dimasukan ke dalam
karung. Tampaknya dia dapat dus makanan yang masih ada isinya, lalu dituangkan
isinya ke dalam kantung plastik.. Ih..apa tidak jorok menumpulkan makanan bekas
orang lain seperti itu? pikir Bagas.
“De, coba sini sebentar,”
panggil mama. Bagas terkejut karena dia tidak menyangka mamanya akan memanggil
pemulung itu. Pemulung itu datang menghampiri, “Ya bu, ada apa bu”, tanyanya
sopan. Walaupun tampak lelah, wajahnya tetap ceria. Tidak tampak seperti orang
kesal telah bejalan kaki panas panas seharian. “ Kamu punya adik di rumah?”
Tanya mama. “ Ada bu, adik saya dua orang masih kecil, dijaga ibu di rumah”,
kata dia ramah. “ Ini buat adik adik kamu, salam ke ibu ya”, kata mama sambil
menyelipkan sejumlah uang ke tangan kanan anak pemulung itu. Tidak lupa
diberikan juga sebungkus dus kue kue yang masih baru. “ Wah, ibu..terimakasih
banyak. Adik dan ibu saya pasti senang sekali. Terimakasih bu..”, ujarnya terbata
bata sambil berkali kali menunduk hormat, setelah itu bergegas dia berlari
meninggalkan taman. Bagas masih terbengong bengong melihat kejadian tadi.
Rupanya mama melihat
Bagas sedang berpikir. Beliau tersenyum ,” Bagas, kamu lihat senang sekali ya kakak
itu dikasih makanan sama mama “. Bagas berkata ,” Iya ma, kenapa ya, padahal
kue kue itu khan biasa saja ya ma”. Kemudian mama menjelaskan dengan sabar dan
penuh kasih sayang bahwa ternyata tidak semua anak beruntung bisa makan tiap
hari tiga kali seperti Bagas dan teman teman. Sering kali untuk bisa
makan sekali sehari pun anak kecil harus bekerja keras dulu mencari makanan
sisa di tempat sampah. Semua itu terpaksa karena tidak punya uang untuk membeli
makanan. “ Jadi Bagas harus bersyukur pada Tuhan karena masih diberi rejeki
bisa makan apa saja yang Bagas mau. Tidak usah kerja cari makan sendiri seperti
kakak yang tadi. Makanan tidak boleh dibuang buang, daripada dibuang lebih baik
dikasih ke orang yang membutuhkannya ya”. Hup, Bagas segera melompat berlari
menghampiri si Mbak. “Bik..bibik…mana makanan Bagas? Lapar nih..! “ Bagas
berseru. Mama tersenyum melihat kelakuan Bagas.